Di era digital saat ini, medan perang tidak lagi terbatas pada darat, laut, dan udara. Munculnya teknologi informasi telah menciptakan dimensi konflik baru yang disebut Perang Informasi/Siber (Information/Cyber Warfare). Strategi ini berfokus pada manipulasi informasi atau melumpuhkan sistem komputer dan jaringan musuh untuk mendapatkan keuntungan strategis, seringkali tanpa harus melepaskan tembakan fisik. Ini adalah bentuk peperangan asimetris yang dapat berdampak luas, dari mengganggu infrastruktur vital hingga mempengaruhi opini publik.
Inti dari Perang Informasi adalah kontrol narasi dan persepsi. Ini melibatkan penyebaran disinformasi atau propaganda untuk merusak moral musuh, memecah belah persatuan internal mereka, atau mempengaruhi pengambilan keputusan. Taktik ini dapat meliputi kampanye berita palsu, penyebaran rumor, atau operasi psikologis yang dirancang untuk menimbulkan kebingungan dan ketidakpercayaan. Tujuannya adalah untuk memenangkan “pertempuran narasi” dan membentuk opini publik, baik di dalam negeri musuh maupun di kancah internasional.
Di sisi lain, Perang Siber adalah komponen teknis dari perang informasi. Ini melibatkan penggunaan serangan siber untuk melumpuhkan atau merusak sistem komputer, jaringan, dan infrastruktur digital musuh. Serangan ini dapat beragam, mulai dari Distributed Denial of Service (DDoS) yang membanjiri server hingga membuatnya tidak berfungsi, hingga malware canggih yang dirancang untuk mencuri data sensitif, merusak sistem kontrol industri, atau bahkan mematikan jaringan listrik nasional. Target-target ini bisa meliputi sistem militer, perbankan, transportasi, komunikasi, atau fasilitas energi.
Salah satu karakteristik paling menonjol dari Information/Cyber Warfare adalah sifatnya yang seringkali anonim dan asimetris. Pelaku serangan siber mungkin sulit dilacak, dan serangan dapat dilancarkan dari mana saja di dunia. Hal ini memungkinkan aktor non-negara atau kelompok kecil untuk menimbulkan kerusakan signifikan pada negara-negara yang jauh lebih besar dan kuat secara militer konvensional. Dampaknya bisa sangat luas, mengganggu layanan publik, menyebabkan kerugian ekonomi, dan bahkan membahayakan nyawa jika infrastruktur kritis lumpuh.
Pentingnya Perang Siber terus meningkat seiring dengan semakin bergantungnya masyarakat modern pada teknologi digital. Negara-negara di seluruh dunia kini berinvestasi besar-besaran dalam pertahanan siber dan kemampuan serangan siber sebagai bagian integral dari strategi keamanan nasional mereka. Mengingat sifatnya yang terus berkembang, memahami Perang Informasi/Siber adalah kunci untuk menghadapi ancaman di medan tempur abad ke-21.