Wacana mengenai pengiriman siswa yang dianggap “nakal” untuk menjalani pembinaan di barak TNI menuai berbagai reaksi, termasuk dari Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA). Lembaga independen yang fokus pada hak-hak anak ini memberikan pandangannya terkait efektivitas dan implikasi program tersebut.
Komnas PA menekankan bahwa pendekatan terhadap siswa bermasalah harus mengedepankan prinsip-prinsip pendidikan yang humanis dan berorientasi pada kepentingan terbaik anak. Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, menyatakan bahwa penanganan kenakalan remaja memerlukan pemahaman mendalam terhadap akar permasalahan yang melatarbelakanginya. Mengirim siswa ke lingkungan militer tanpa mempertimbangkan aspek psikologis dan kebutuhan individual anak dinilai berpotensi kontraproduktif.
Lebih lanjut, Komnas PA mempertanyakan efektivitas jangka panjang dari pembinaan di lingkungan militer dalam mengubah perilaku siswa. Disiplin militer yang ketat mungkin memberikan dampak instan, namun belum tentu menanamkan pemahaman dan kesadaran yang mendalam dalam diri anak. Perubahan perilaku yang sesungguhnya memerlukan pendekatan yang lebih holistik, melibatkan keluarga, sekolah, dan psikolog atau konselor anak.
Komnas PA juga menyoroti potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat lingkungan militer yang keras dan berbeda dengan lingkungan belajar yang seharusnya suportif. Anak-anak yang mengalami masalah perilaku seringkali memiliki kerentanan emosional dan membutuhkan pendekatan yang lebih lembut dan penuh pengertian. Pembinaan di barak militer dikhawatirkan justru dapat menimbulkan trauma atau memperburuk kondisi psikologis mereka.
Alih-alih mengirim siswa ke barak militer, Komnas PA mendorong agar sekolah dan pemerintah daerah lebih fokus pada penguatan sistem pendidikan karakter dan pencegahan kenakalan remaja sejak dini. Program-program bimbingan konseling yang efektif, keterlibatan aktif orang tua, dan lingkungan sekolah yang positif dinilai lebih konstruktif dalam mengatasi masalah perilaku siswa.
Komnas PA juga menekankan pentingnya melibatkan ahli psikologi anak dan pendidikan dalam merancang solusi yang tepat untuk menangani siswa bermasalah. Pendekatan yang terukur, berbasis pada asesmen individual, dan mengedepankan rehabilitasi serta reintegrasi sosial dianggap lebih sesuai dengan prinsip-prinsip perlindungan anak.
Meskipun tujuan dari wacana pembinaan di barak TNI mungkin baik, yaitu untuk mendisiplinkan dan membentuk karakter siswa, Komnas PA mengingatkan agar setiap kebijakan yang melibatkan anak harus mempertimbangkan dampaknya secara menyeluruh dan mengutamakan kepentingan terbaik anak sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anak.