Di tengah deru pertempuran, suara dentuman artileri yang memekakkan telinga seringkali menjadi pertanda datangnya bantuan vital. Guntur di medan tempur yang dihasilkan oleh meriam howitzer Korps Artileri Medan (ARM) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) bukan sekadar suara, melainkan manifestasi dari daya hancur dahsyat yang mampu mengubah jalannya pertempuran. Kemampuan meriam howitzer dalam melancarkan tembakan masif dan presisi membuatnya menjadi senjata penentu yang sangat ditakuti lawan.
Daya hancur meriam howitzer berasal dari kombinasi kaliber besar dan jenis amunisi yang beragam. Meriam-meriam seperti Howitzer Caesar 155mm atau M109 A4 GS 155mm mampu menembakkan proyektil berdaya ledak tinggi (High Explosive/HE) yang dapat menghancurkan posisi musuh, bangunan, atau kendaraan lapis baja ringan. Ledakan satu proyektil 155mm dapat menghasilkan fragmentasi mematikan dalam radius yang luas, efektif melumpuhkan atau memusnahkan personel musuh yang berada di area terbuka. Selain HE, howitzer juga bisa menembakkan amunisi smoke untuk menciptakan tabir asap, illumination untuk penerangan medan pada malam hari, atau bahkan amunisi presisi berpemandu untuk target bernilai tinggi.
Keunggulan howitzer tidak hanya pada kekuatan ledakannya, tetapi juga pada kemampuannya untuk menembak dari jarak sangat jauh, seringkali puluhan kilometer. Ini memungkinkan artileri untuk memberikan dukungan tembakan tanpa harus terekspos langsung ke garis depan. Dengan sistem kontrol tembakan modern dan konektivitas yang canggih, titik tembak dapat dihitung dengan presisi tinggi, memastikan setiap proyektil jatuh tepat pada targetnya. Kehadiran guntur di medan tempur ini secara signifikan melemahkan semangat lawan dan memberikan keunggulan moral bagi pasukan sendiri.
Peran meriam howitzer sangat krusial dalam berbagai skenario. Dalam operasi ofensif, howitzer membuka jalan bagi pasukan infanteri dan kavaleri dengan melumpuhkan pertahanan musuh, menghancurkan bunker, atau menekan posisi penembak jitu. Dalam operasi defensif, mereka menciptakan firewall yang menghalangi pergerakan musuh, memecah formasi serangan, atau menghantam titik kumpul lawan. Pada hari Rabu, 19 Juni 2024, dalam latihan taktis yang melibatkan elemen-elemen TNI AD di sebuah daerah latihan di Pulau Sumatera, demonstrasi kekuatan artileri membuktikan bagaimana guntur di medan tempur ini mampu melumpuhkan simulasi posisi musuh dalam hitungan menit, menunjukkan efektivitasnya yang luar biasa.
Dengan kapabilitas yang terus dimodernisasi dan personel yang terlatih, Korps Artileri Medan TNI AD memastikan bahwa guntur di medan tempur akan selalu menjadi kekuatan yang patut diperhitungkan, menjaga keamanan dan kedaulatan negara dengan daya hancur yang tak tertandingi.