Granat tangan defensif adalah varian khusus dari granat fragmentasi yang dirancang untuk memberikan daya hancur maksimal di area yang luas, dengan asumsi bahwa prajurit yang menggunakannya memiliki perlindungan yang memadai. Berbeda dengan granat ofensif yang memiliki radius ledakan lebih kecil dan dirancang untuk digunakan saat menyerang di ruang terbuka, granat defensif mengeluarkan serpihan yang lebih banyak dan dengan kecepatan yang lebih tinggi, menjadikannya sangat mematikan dalam radius yang jauh lebih luas.
Karakteristik utama dari granat tangan defensif terletak pada radius serpihannya yang diperpanjang. Granat ini umumnya memiliki casing yang lebih tebal dan mengandung lebih banyak bahan peledak serta materi fragmentasi. Ketika meledak, casingnya pecah menjadi ribuan serpihan logam tajam yang dapat melaju hingga ratusan meter per detik. Efek mematikannya bisa mencapai radius 15-20 meter atau bahkan lebih, tergantung pada model granatnya. Karena jangkauan serpihan yang luas ini, prajurit harus berada di balik perlindungan yang kokoh, seperti parit, tembok, atau kendaraan lapis baja, untuk menghindari cedera akibat serpihan mereka sendiri.
Penggunaan granat tangan defensif seringkali diterapkan dalam situasi di mana pasukan berada dalam posisi bertahan dan ingin menekan atau melumpuhkan serangan musuh dalam skala besar. Contoh skenario termasuk mempertahankan posisi dari gelombang infanteri musuh, mengamankan perimeter, atau saat pasukan sedang mundur dan ingin memperlambat pengejaran musuh. Pelepasan granat ini dapat secara efektif menghabisi atau melukai sejumlah besar musuh yang berada di area terbuka atau yang sedang bergerak maju.
Salah satu contoh klasik dari granat tangan defensif adalah desain granat era Perang Dunia I yang memiliki casing berlekuk-lekuk, seperti model F-1 Prancis atau granat “nanas” Mk 2 Amerika (pendahulu M67). Lekukan pada casing dimaksudkan untuk membantu menghasilkan fragmentasi yang lebih konsisten saat meledak, meskipun penelitian modern menunjukkan bahwa desain casing internal atau penambahan bola baja kecil lebih efektif dalam menghasilkan serpihan yang seragam. Meskipun desain telah berevolusi, prinsip dasarnya tetap sama: menciptakan zona kematian yang luas untuk menekan musuh.
Pelatihan penggunaan granat tangan defensif menekankan pentingnya posisi berlindung yang aman. Prajurit diajarkan untuk melempar granat dengan tepat ke area target dan segera mencari perlindungan begitu granat dilepaskan. Penilaian situasi yang akurat sangat krusial untuk memastikan bahwa granat digunakan secara efektif tanpa membahayakan pasukan sendiri.