Perjalanan panjang militer Indonesia dalam membangun kekuatan lapis baja merupakan cerminan komitmen terhadap pertahanan negara. Sejak kemerdekaan, Evolusi Tank Tempur di Indonesia telah melalui berbagai fase, dimulai dari adaptasi teknologi yang tersedia hingga kini, di mana kita menyaksikan kedatangan alutsista yang lebih canggih dan modern. Tank-tank ini bukan sekadar alat perang, melainkan simbol kemandirian dan kesiapan dalam menjaga kedaulatan, beradaptasi dengan ancaman yang terus berkembang dari masa ke masa.
Pada awal pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI), khususnya Angkatan Darat, tank-tank tempur yang digunakan masih berasal dari sisa-sisa perang dunia atau hibah dari negara-negara sahabat. Contohnya adalah tank PT-76 dan AMX-13 yang diterima pada dekade 1960-an. Kendaraan-kendaraan ini, meskipun sederhana, terbukti vital dalam berbagai operasi militer, termasuk dalam menjaga stabilitas di dalam negeri. Pada Kamis, 10 April 2025, sebuah pameran sejarah militer yang diselenggarakan di Museum Satria Mandala, Jakarta Selatan, menampilkan artefak dan dokumentasi mengenai penggunaan tank-tank awal ini, menarik perhatian ribuan pengunjung, termasuk beberapa mantan prajurit yang pernah mengoperasikannya.
Memasuki era 1990-an dan awal 2000-an, kebutuhan akan modernisasi alutsista semakin terasa. Indonesia mulai mencari opsi tank tempur utama (Main Battle Tank/MBT) yang lebih tangguh dan memiliki daya gempur lebih besar. Puncak dari upaya ini adalah akuisisi Leopard 2A4 Revolution dari Jerman. Kedatangan Leopard 2A4, yang dikirim secara bertahap sejak awal dekade 2010-an, menandai lompatan besar dalam kemampuan tempur darat Indonesia. Tank seberat 60 ton ini dilengkapi dengan meriam 120 mm dan sistem perlindungan yang mumpuni, menjadikannya salah satu MBT paling modern di Asia Tenggara.
Penggunaan dan pemeliharaan tank-tank modern ini tidak terlepas dari peran aktif personel TNI Angkatan Darat. Setiap hari Senin hingga Jumat, mulai pukul 07.00 hingga 16.00 WIB, Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Baturaja, Sumatera Selatan, menjadi saksi bisu pelatihan intensif para awak tank. Mereka dilatih untuk mengoperasikan sistem kontrol tembakan canggih, navigasi medan sulit, dan taktik pertempuran lapis baja. Evolusi Tank Tempur di Indonesia tidak hanya tentang akuisisi alutsista, tetapi juga tentang peningkatan kapabilitas sumber daya manusia yang mengoperasikannya. Dengan demikian, Indonesia terus memperkuat barisan pertahanan daratnya untuk menghadapi tantangan keamanan masa depan. Artikel ini diselesaikan pada hari Jumat, 13 Juni 2025.